Praktik Baik SaTe (Sahabat Teknologi) Sampai ke Level 4

 

ND Edukasi- Bersyukur kepada Allah, sang kholik yang selalu memberikan rahmat-Nya tanpa batas. Selamat datang, rekan-rekan pembaca blog. 

Saat ini saya ingin berbagi cerita tentang  pengalaman inspiratif sebagai Sahabat Teknologi yang bisa lolos sampai ke level 4 PembaTIK tahun 2024.

Rasanya bahagia tapi juga terharu dengan perjuangan sebagai peserta PembaTIK dari level 1 sampai ke level 4. Kisah inspiratif ini mudah-mudahan bisa memberikan motivasi pada rekan-rekan guru hebat lainnya sebagai pejuang pendidikan. 

Sebagai guru, saya memahami perlunya inovasi dalam proses pembelajaran. Saat ini, sebagai  Sahabat Teknologi, kami harus memiliki komitmen dalam meningkatkan kualitas pembelajaran untuk kepentingan murid-murid. 

Kami berkewajiban membagi dan berkolaborasi semangat inovasi pembelajaran dalam pendidikan. Praktik baik yang akan saya bagikan adalah pembelajaran berdiferensiasi dalam bentuk diferensiasi konten dan produk. 

Saya mengajar Informatika kelas XII pada 3 kelas yang berbeda. Kondisi murid yang saya hadapi adalah anak-anak gen Z yang memiliki ciri "digital natives" atau bisa disebut penduduk asli dunia digital. Hal ini karena  mereka tumbuh dan berkembang di era teknologi yang sangat pesat.

Hampir semua gen Z melek teknologi, terbuka akan isu-isu sosial, lingkungan, dan perkembangan teknologi. Mereka juga cepat beradaptasi dengan teknologi baru sehingga mahir menggunakan apa saja yang berhubungan dengan perangkat dan platform digital.

Ciri lainnya adalah mereka sering berinteraksi dengan sosial media, lihai dalam menjelajah internet, ahli dalam bermain game dan mendengarkan musik. 

Hal inilah yang menjadi pertimbangan saya untuk selalu berinovasi dalam pembelajaran. Mengajar di 3 kelas yang berbeda tidak kemudian membuat saya santai hanya dengan menyajikan konten yang sama untuk setiap kelas. 

Jika saya tidak kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran, maka murid akan terasa bosan dalam mengikuti proses tersebut. Konten yang sama walaupun untuk materi yang sama pula namun disajikan untuk kelas yang berbeda, gen Z tidak bisa menerima itu. 

Mereka lebih kreatif dengan cara mempersiapkan produk yang akan saya berikan sebagai tugas, karena dengan gadget yang mereka punya bisa berkomunikasi antar kelas apa yang akan saya sajikan dalam pembelajaran. 

Hal nilah yang menyebabkan saya harus selalu berinovasi tanpa batas mengimbangi gen Z. Proses pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan energi lumayan besar agar pembelajaran yang akan saya lakukan berjalan menyenangkan. 

Murid diberikan asesmen diagnostik di awal pembelajaran agar saya bisa memetakan sesuai gaya belajar mereka. Model ceramah sudah tidak berlaku untuk murid gen Z. Baru lima atau sepuluh menit mereka bisa dipastikan akan merasa bosan dan berlomba menguap dan menunjukkan ketidaknyamanan dalam mengikuti pembelajaran. 

Saya sangat beruntung, SMAN 3 Tegal semenjak bulan Juli 2024, tidak memperbolehkan penggunaan HP bagi murid. Pemakaian HP bisa dilakukan jika memang guru menghendaki dan membutuhkan dalam pembelajaran. Kerja sama semua pihak untuk kedisiplinan pemakaian HP sangat membantu pembelajaran yang kondusif. 

Pembelajaran berdifernsiasi menggunakan model inquiry learning.  Langkah  model pembelajaran ini meliputi :

1. Murid mengajukan pertanyaan
2. Menyelidiki suatu hal dalam berbagai situasi 
3. Melakukan analisis dan memberikan deskripsinya terkait hasil analisisnya 
4. Mempresentasikan (lisan atau tertulis)
5. Evaluasi 

Setelah proses inti dalam pembelajaran, saya memberikan asesmen dengan quizziz dan media pembelajaran interaktif (MPI). Dua jenis asesmen saya berikan karena durasi yang cukup lama yaitu 3 JP untuk mapel informatika sehingga perlu adanya variasi agar tidak timbul kebosanan pada murid. 

Dengan quizziz, murid memiliki pengalaman yang lebih interaktif dan semangat. Antar murid saling bersaing bahkan kompetisi sangat terlihat karena quizziz juga memberikan fasilitas untuk menyerang sehingga kegiatan asesmen semakin dinamis. 

Selain quizziz, saya juga menggunakan MPI untuk membuat pembelajaran tidak monoton. Semua itu saya lakukan agar pembelajaran dapat berpusat pada murid.